Pemilik Blog

Foto saya
"JADILAH PETUALANG SEJATI. MAKA, KEGAIRAHAN HIDUP DI ATAS SEGALA TRAGEDI, MENGUBAH MAUT MENJADI SUATU KENIKMATAN"

Senin, 05 Agustus 2013

Ngawur Menjelang Pagi

Mulai ngeblog lagi. Menghidupkan kembali hasrat untuk berbagi melalui sebuah tulisan. Untuk postingan kali ini, saya akan mengusung tema masa masa SMA. Asal nulis aja sih. Keep Writing, Keep Sharing, and Keep Inspiring. Salam Pena Biru.

6 Agustus 2013, Samir yang menggantung bebas di sudut kamar.
Samir itu menggantung dengan manis di sudut kamar, membungkam semua kegundahan melalui sebuah kenangan. Ah, masa masa itu... Kalau kamu lewat lapangan tengah Smansapa aku masih sering memandangi senyummu dibalik pintu berteralis. Saat itu kamu masih manis. Saat saat itu, aku belum sering belajar karena aku masih belum tau bahwa aku bakal gak lolos seleksi SNMPTN Undangan, dimana 22 ranking tertinggi di kelas bisa ikut seleksi dan aku ranking 23. Saat itu, saat saat dimana melarikan diri dari pelajaran adalah hal yang keren tapi sebenernya sangat gak keren sama sekali. Saat dimana pamit mau belajar kelompok, nyatanya malah main PS di rental sebelah Lapas.  Saat saat dimana video bokep masih disimpan dengan nama "Bapak Titip". *eh *ngelantur. Lupakan.

Oke, niatnya mau bahas perjuangan semasa SMA buat mendapatkan samir yang dikalungkan oleh Kepsek (sekarang udah enggak) beberapa tahun yang lalu itu. Tapi yang ke-review dari masa masa SMA malah hal hal yang sebenernya malah gak patut diceritakan. Ya, namanya juga anak SMA, nakal itu wajar. Tapi kalau nakal sama orang tua, itu kurang ajar. Perjuangan buat ngedapetin samir itu sebenernya cukup mudah sih, kamu cukup ikut perpisahan sekolah aja, DAN LULUS UJIANCUK NASIONALCUK. hehe.

 Ngomong ngomong tentang UN, ini adalah momok bagi beberapa siswa kelas 3 SMA yang niat sekolah (kemudian saat itu aku jadi niat sekolah). Dimana anak anak kelas XII pada rajin belajar sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Dimana anak anak kelas XII, pada rajin berdoa dan memohon kepada Tuhannya sendiri sendiri. Dimana musholla sekolah selalu penuh oleh anak kelas XII, banyak sekali yang berdoa, namun ada juga yang numpang nilap. Dimana anak anak kelas XII pada les privat di bimbel bimbel ternama. Haha, iya, mereka semua pada ribet gara gara Ujiancuk Nasionalcuk. Padahal mereka bukan anak BEM. Entah kenapa event yang satu itu merubah sikap maupun perilaku sebagian besar anak anak kelas XII. Mereka yang mulanya cerewet jadi agak pendiem, mereka yang pendiem apalagi. Mereka yang mulanya hobi nongkrong di kantin, nongkrongnya pindah di musholla. Mereka yang hobinya nilap, tetep aja sih masih nilap. Hehe. Ah, kasian temen temenku, mereka menipu hidup mereka sendiri dan terjebak dalam kemunafikan. Aihh gayanee. Ah, tapi itu usaha mereka dan ini pendapatku. Seng gak setuju rene geger gegeran dan asu asuan karo aku. Haha, canda.

Tapi asli, bener bener jancuk menteri Pendidikan itu. Kenapa harus ada Ujiancuk Nasionalcuk, dan kenapa saat saat itu Andhika Kangen Band masih suka gonta ganti pasangan. Eh maaf. Ini membuat saya seolah seolah sekolah tiga tahun gak ada artinya. Ini seakan akan memperbolehkan bahwa Nilap aja sak senengmu, mbolos aja sak puasmu, asalkan pas Ujian Nasional dirimu hadir. Haha. Masalah lulus apa enggak, itu mah urusan belakangan. Yo pora cuk? Haha, matamu kui cuk. Enak banget nilap nilap, mbolas mbolos, ujug ujug lulus dengan nilai UN yang tinggi. Wes wes, ayo fokus lagi. Ya, rasa rasanya saya sekolah tiga tahun hanya dipertaruhkan hanya dengan empat hari, di dalam ruangan kelas sambil mumet mumet ria ngerjain soal ujian. Ini jelas jelas tidak adil, ini jelas jelas tidak adil. Jelas jelas tidak adil bagi murid pekok seperti saya dan temen temen saya yang pekok lainnya. *nengok kebelakang, ternyata cuma aku yang pekok*. Bagaimana bisa menteri pendidikan hanya mementingkan hasil tanpa menilai sebuah proses. Ada murid yang pintar, anaknya rajin, dongane kenceng, tapi pas ujian nasional tiba tiba jempolnya terkilir gara gara ngetwit galau UN, dan gagal ikut UN terus gak lulus. Ini adalah contoh bahwa pinternya mubadzir, nasibnya kurang baik menjelang UN dan mengakibatkan gagal lulus. Sementara ada murid yang pekok, hobinya nilap, sekolah tak mau, dikeluarkan pun segan. Namun pas ngerjain UN pake metode ngitung kancing aja bisa lulus meskipun dengan nilai pas pas.an. Haha, jancuk kan? Pentingnya sebuah proses, banyak orang pintar tapi perilakunya pekok. Banyak orang pekok tapi perilakunya baik. Banyak orang pintar dan perilakunya baik. Dan gak sedikit juga orang yang pekok tur kelakuannya nambah mekok mekoki. Dengan adanya UN, kan semuanya dituntut untuk pinter dalam 4 hari saja tanpa memandang 'daleman' dari orang yang dituntut untuk pinter tersebut. Makanya ada Gayus, makanya ada Nazarrudin, itu karena Indonesia berkali kali meluluskan orang yang pinter, tapi perilakunya pekok. Kepintaran mereka tak digunakan untuk kebaikan, tapi malah kepekokan yang merugikan. Apalagi jika meluluskan orang yang pekok, kelakuannya pekok lagi, (yang keliatan pinter cuma selama pelaksanaan UN doang), mau dibawa kemana Indonesia dengan generasinya yang 'kelihatan' pinter pas pelaksanaan UN  doang ini? Hehe

Ya saya semasa SMA adalah meliputi apa yang semua yang saya tuliskan kecuali yang nyimpen bokep dengan nama folder "Bapak Titip". Saya orangnya pekok, kelakuannya pekok, yang tiba tiba pinter satu minggu pas pelaksanaan UN. Yang penting butuh generasi pinter, dengan perilaku yang baik, namun asal asalan juga gak papa karena gak ketahuan. Kita seharusnya merubah sistem tersebut. Mbah mbahku itu dulu orangya asli pekok, bahkan lebih pekok dari aku yang sekarang, tapi beliau berjiwa besar perilakunya baik dan mau diajak ke arah yang lebih baik. Itulah alasan kenapa bambu runcing sanggup mengalahkan kumbang besi ala meniir meniir belanda dan memerdekakan Indonesia. 

Lalu, dengan apa UN harus digantikan??? 


Itu adalah pertanyaan yang sempat terlintas waktu SMA saat stress mikirin UN. Semoga pembaca bisa menjawab.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar