Pemilik Blog

Foto saya
"JADILAH PETUALANG SEJATI. MAKA, KEGAIRAHAN HIDUP DI ATAS SEGALA TRAGEDI, MENGUBAH MAUT MENJADI SUATU KENIKMATAN"

Sabtu, 01 Juli 2017

Hello My Furthest Step


When i hear your name, i swear i'll make you happy no matter what.

Duniaku berubah dan aku tidak menyadarinya, dan kau selalu ada yang mendekapku dengan rasa namun tanpa terasa. Aku sangat berterima kasih, saat menulis ini aku masih bertanya bagaimana caranya, dan mengapa engkau selalu bertahan. Aku sepintas ingin mengabadikanmu, entah dengan lukisan, entah dengan tulisan, entah dengan apapun itu. Asalkan kau selalu hidup di pikiranku, dan aku dapat mengingatmu sebagai seseorang yang dapat merubah hidupku menjadi lebih baik. Bahkan aku tau kau akan berpikir ini berlebihan, dan tak akan mempercayaiku bahwa apa yg aku tuliskan adalah sepenuhnya benar. Lebih dari itu, denganmu aku selalu berpikir, bagaimana bisa dirimu, dan sudah sejauh inikah. Dan aku selalu berpikir apa yang membuatmu sampai di titik ini, karena jawaban darimu tidak akan pernah melengkapi rasa penasaranku.

Menjalani hari hari denganmu sangat menyenangkan, pun sampai titik ini. Aku merasa sebenar benarnya hidup, seperti gelombang. Dia pasang dia surut, dan itu yang membuat samudra hidup, yang mengantarkan kapal menuju ke tempat ia berlabuh. Kau adalah yang paling menarik, yang selalu membuatku berfikir bagaimana agar kau bisa yakin bahwa kapal yang kita naiki, akan sampai ke tujuannya. Aku sangat bersyukur bisa mengenalmu, dan berterima kasih karena telah sejauh ini. Kau adalah sesabar sabarnya manusia ketiga di dalam hidupku. Yang tak memilih untuk pergi (meskipun pernah), meski aku selalu membawa kapal ini ke dalam pusaran air, atau pun ke tengah tengah mata badai. Aku tak tahu entah kau tak punya pilihan lain untuk ada di kapal ini, atau kau hanya belum menemukan kapal yg sanggup membawamu ke tempat yang lebih baik. Aku tahu, perjalanan ini masih panjang dan kita tidak akan takluk kepada gelombang.

Aku selalu memberimu pilihan, tapi akan kupastikan kau tidak akan memilih pilihan itu. Aku tak peduli entah berapa kali tanaman itu berbunga, lalu layu dan gugur, yang aku pedulikan adalah seberapa lama ia mampu bertahan hidup. Saat aku menuliskan ini, kita tidak dalam keadaan yang baik. Tapi sekali lagi terima kasih karna kau berikan getir melalui kata kata yang tidak kau ucapkan. Aku selalu berpikir bahwa ini akan berakhir tidak seperti yang aku pikirkan. Tapi justru itulah yang membuatku berpikir bagaimana caranya agar tidak berakhir seperti itu. Kau sangat menyenangkan, mencintaimu adalah gejolak, yang mampu berikan rasa, dan asa di hidup yang selayaknya disyukuri ini. Kau adalah langkah terjauh yang pernah aku capai.

Semoga kita tak takluk kepada gelombang. If you tired on something try to take a rest not to quit. Aku tidak berharap apapun, kau bahagia aku pun begitu... Aku minta maaf, karena selalu meminta maaf, untuk kesalahan yang selalu terulang, untuk kesalahan yang tidak aku pikirkan bahwa hal ini ternyata di matamu adalah sebuah kesalahan. Malam ini, kau kulukiskan sepenuhnya dalam tulisan di ambang harapan, penyesalan, dan kesedihan yang paling membahagiakan.

Rabu, 13 November 2013

Andi Dan Rena. "Menahan Kepergianmu Itu Bukan Pilihan"

Kamu, Rena..

Seharusnya aku yang harus lebih peka dalam membaca sebuah isyarat.  
Dan terlambat menyadari bahwa dekat ini tak lagi erat.
Seharusnya aku yang lebih memahami. 
Bahwa di balik tajam tatapan matamu, ada gundah yang memaksamu untuk tak lagi singgah.
Atau di balik senyummu yang sering mengusik imaji, 
ada resah yang membawamu menuju kehilangan sebuah arah.
Ah sudahlah, jika sudah tak sejalan memang ada kalanya untuk merelakan sebuah kepergian.
Memintamu untuk kembali? Ibarat menggenggam sebuah belati. 
Semakin erat aku menahanmu, semakin pedih pula jika kau telah berlalu.
Seiring waktu yang berlalu, kita kan temukan jalan yang lebih baik.. Semoga..

Bersama lagi? 
Ah aku tak terlalu peduli, aku hanya ingin berterima kasih karena kau pernah mencintaiku dulu..
Pernah kita menjadi dua jauh yang saling mendekatkan. 
Dua kelemahan yang saling menguatkan. 
Bahkan dua do’a yang senantiasa menghangatkan, dalam sebuah kisah, dalam sebuah kasih.
Aku tak memintamu untuk mengingat jika kau terlalu bahagia dengan apa yang kau jalani sekarang.
Seharusnya kita saling mendewasakan, bukan terlalu sibuk menipu diri dalam sebuah ikatan..
Dan bukan berarti dengan membuka semua kotak kenangan, seseorang belum sanggup untuk melupakan. 
Mungkin perlahan lahan, ia mulai mengikhlaskan..
                               
                                                           Andi dan Rena, dalam getir dunia mereka.



Jumat, 08 November 2013

Merbaboe 5-6 Oktober 2013. Senja dan Anginmu.

“Angin itu tak terlalu jelas darimana asalnya. Entah dari kaki bukit atau puncak gunung, aku tak terlalu paham. Malam itu, diatas 2700 Mdpl, Merbabu berikan kisah..”

Kulihat jam tanganku menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Mencoba memejamkan mata namun tak sanggup, mencoba menikmati pemandangan sekitar itu tak mungkin lagi. Sesekali aku beranjak dari ponco yang kujadikan alas tidur itu, untuk melihat kondisi teman teman Tim Statistik yang berada di dalam ruangan pemancar, maupun yang tidur sekenanya di bawah naungan bintang gemintang. “Syukurlah, mereka masih baik baik saja”, gumamku dalam diam. Terlihat Aryono sudah tak berbentuk, entah dia memakai jaket berapa, plus sleeping bag, dan ponco yang sengaja aku lilitkan untuk menahan angin dari tubuhnya, membuatnya lebih mirip seonggok sampah daripada manusia yang sedang tertidur. Aku tak melihat Mas Catra, Mas Afri, dan Mas Angga Desti, aku tak terlalu cemas, mereka mungkin bisa bertahan dalam cuaca yang “baik” ini. Setelah menata “tempat tidur”, aku mencoba merebahkan tubuh ini sebisanya, sekadarnya, sekenanya. Alih alih ingin memejamkan mata, yang ada malah mengingat ingat apa yang telah terjadi dari pagi sampai malam hari ini..

Sabtu, 5 Oktober 2013.
Hari ini ada yang tidak beres, aku sepagi ini, lebih pagi dari alarm yang biasanya menjadi pengantar di pagi hariku. Dengan mengambil tas daypack yang telah kuisi dengan kotak P3K, aku bergegas pergi menuju kontrakan temanku. Setibanya, aku melihat Carrier setinggi separuh tubuhku itu menanti untuk dipanggul. Kulihat teman teman yang lain juga menyibukkan diri mempersiapkan barang bawaan mereka. Tanpa banyak drama, aku menuju GSG Undip, tempat yang dijadikan titik awal pemberangkatan yang telah dijanjikan, dan menunggu teman teman yang lain datang.
Setibanya disana, sudah ada Rasyid dan truk, Mas Agung Waluyo, dan beberapa cewek yang mengerumun menyendiri di bawah pohon. Aku melihat Ransel mereka semua terisi penuh, semoga saja mereka semua membawa peralatan yang ada dalam daftar barang yang telah kuberikan. Sambil mondar mandir dan menjarkom teman teman yang lain, mereka satu per satu datang dan kelewat dari batas waktu yang telah ditentukan. Ah, memang budaya kita dimana janjian jam 7 akan datang satu jam setelahnya. “Ayo kumpul sebentar buat briefing, cepetan!” , teriak Ariyo kepada temen temen yang lain. Setelah semua berkumpul, briefing,  dan dengan semangat yang masih utuh, kita berangkat.
Merbabu! Itulah tujuan kita dalam perjalanan kali ini.

Senin, 05 Agustus 2013

Ngawur Menjelang Pagi

Mulai ngeblog lagi. Menghidupkan kembali hasrat untuk berbagi melalui sebuah tulisan. Untuk postingan kali ini, saya akan mengusung tema masa masa SMA. Asal nulis aja sih. Keep Writing, Keep Sharing, and Keep Inspiring. Salam Pena Biru.

6 Agustus 2013, Samir yang menggantung bebas di sudut kamar.
Samir itu menggantung dengan manis di sudut kamar, membungkam semua kegundahan melalui sebuah kenangan. Ah, masa masa itu... Kalau kamu lewat lapangan tengah Smansapa aku masih sering memandangi senyummu dibalik pintu berteralis. Saat itu kamu masih manis. Saat saat itu, aku belum sering belajar karena aku masih belum tau bahwa aku bakal gak lolos seleksi SNMPTN Undangan, dimana 22 ranking tertinggi di kelas bisa ikut seleksi dan aku ranking 23. Saat itu, saat saat dimana melarikan diri dari pelajaran adalah hal yang keren tapi sebenernya sangat gak keren sama sekali. Saat dimana pamit mau belajar kelompok, nyatanya malah main PS di rental sebelah Lapas.  Saat saat dimana video bokep masih disimpan dengan nama "Bapak Titip". *eh *ngelantur. Lupakan.

Oke, niatnya mau bahas perjuangan semasa SMA buat mendapatkan samir yang dikalungkan oleh Kepsek (sekarang udah enggak) beberapa tahun yang lalu itu. Tapi yang ke-review dari masa masa SMA malah hal hal yang sebenernya malah gak patut diceritakan. Ya, namanya juga anak SMA, nakal itu wajar. Tapi kalau nakal sama orang tua, itu kurang ajar. Perjuangan buat ngedapetin samir itu sebenernya cukup mudah sih, kamu cukup ikut perpisahan sekolah aja, DAN LULUS UJIANCUK NASIONALCUK. hehe.

 Ngomong ngomong tentang UN, ini adalah momok bagi beberapa siswa kelas 3 SMA yang niat sekolah (kemudian saat itu aku jadi niat sekolah). Dimana anak anak kelas XII pada rajin belajar sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Dimana anak anak kelas XII, pada rajin berdoa dan memohon kepada Tuhannya sendiri sendiri. Dimana musholla sekolah selalu penuh oleh anak kelas XII, banyak sekali yang berdoa, namun ada juga yang numpang nilap. Dimana anak anak kelas XII pada les privat di bimbel bimbel ternama. Haha, iya, mereka semua pada ribet gara gara Ujiancuk Nasionalcuk. Padahal mereka bukan anak BEM. Entah kenapa event yang satu itu merubah sikap maupun perilaku sebagian besar anak anak kelas XII. Mereka yang mulanya cerewet jadi agak pendiem, mereka yang pendiem apalagi. Mereka yang mulanya hobi nongkrong di kantin, nongkrongnya pindah di musholla. Mereka yang hobinya nilap, tetep aja sih masih nilap. Hehe. Ah, kasian temen temenku, mereka menipu hidup mereka sendiri dan terjebak dalam kemunafikan. Aihh gayanee. Ah, tapi itu usaha mereka dan ini pendapatku. Seng gak setuju rene geger gegeran dan asu asuan karo aku. Haha, canda.

Tapi asli, bener bener jancuk menteri Pendidikan itu. Kenapa harus ada Ujiancuk Nasionalcuk, dan kenapa saat saat itu Andhika Kangen Band masih suka gonta ganti pasangan. Eh maaf. Ini membuat saya seolah seolah sekolah tiga tahun gak ada artinya. Ini seakan akan memperbolehkan bahwa Nilap aja sak senengmu, mbolos aja sak puasmu, asalkan pas Ujian Nasional dirimu hadir. Haha. Masalah lulus apa enggak, itu mah urusan belakangan. Yo pora cuk? Haha, matamu kui cuk. Enak banget nilap nilap, mbolas mbolos, ujug ujug lulus dengan nilai UN yang tinggi. Wes wes, ayo fokus lagi. Ya, rasa rasanya saya sekolah tiga tahun hanya dipertaruhkan hanya dengan empat hari, di dalam ruangan kelas sambil mumet mumet ria ngerjain soal ujian. Ini jelas jelas tidak adil, ini jelas jelas tidak adil. Jelas jelas tidak adil bagi murid pekok seperti saya dan temen temen saya yang pekok lainnya. *nengok kebelakang, ternyata cuma aku yang pekok*. Bagaimana bisa menteri pendidikan hanya mementingkan hasil tanpa menilai sebuah proses. Ada murid yang pintar, anaknya rajin, dongane kenceng, tapi pas ujian nasional tiba tiba jempolnya terkilir gara gara ngetwit galau UN, dan gagal ikut UN terus gak lulus. Ini adalah contoh bahwa pinternya mubadzir, nasibnya kurang baik menjelang UN dan mengakibatkan gagal lulus. Sementara ada murid yang pekok, hobinya nilap, sekolah tak mau, dikeluarkan pun segan. Namun pas ngerjain UN pake metode ngitung kancing aja bisa lulus meskipun dengan nilai pas pas.an. Haha, jancuk kan? Pentingnya sebuah proses, banyak orang pintar tapi perilakunya pekok. Banyak orang pekok tapi perilakunya baik. Banyak orang pintar dan perilakunya baik. Dan gak sedikit juga orang yang pekok tur kelakuannya nambah mekok mekoki. Dengan adanya UN, kan semuanya dituntut untuk pinter dalam 4 hari saja tanpa memandang 'daleman' dari orang yang dituntut untuk pinter tersebut. Makanya ada Gayus, makanya ada Nazarrudin, itu karena Indonesia berkali kali meluluskan orang yang pinter, tapi perilakunya pekok. Kepintaran mereka tak digunakan untuk kebaikan, tapi malah kepekokan yang merugikan. Apalagi jika meluluskan orang yang pekok, kelakuannya pekok lagi, (yang keliatan pinter cuma selama pelaksanaan UN doang), mau dibawa kemana Indonesia dengan generasinya yang 'kelihatan' pinter pas pelaksanaan UN  doang ini? Hehe

Ya saya semasa SMA adalah meliputi apa yang semua yang saya tuliskan kecuali yang nyimpen bokep dengan nama folder "Bapak Titip". Saya orangnya pekok, kelakuannya pekok, yang tiba tiba pinter satu minggu pas pelaksanaan UN. Yang penting butuh generasi pinter, dengan perilaku yang baik, namun asal asalan juga gak papa karena gak ketahuan. Kita seharusnya merubah sistem tersebut. Mbah mbahku itu dulu orangya asli pekok, bahkan lebih pekok dari aku yang sekarang, tapi beliau berjiwa besar perilakunya baik dan mau diajak ke arah yang lebih baik. Itulah alasan kenapa bambu runcing sanggup mengalahkan kumbang besi ala meniir meniir belanda dan memerdekakan Indonesia. 

Lalu, dengan apa UN harus digantikan??? 


Itu adalah pertanyaan yang sempat terlintas waktu SMA saat stress mikirin UN. Semoga pembaca bisa menjawab.













Kamis, 15 Desember 2011

Surat Untuk Delapan Belas Sahabat

Masih ingatkah kalian bagaimana aroma killing field beberapa tahun yang lalu? Sebuah tempat yang sakral dan penuh memori antara kita berdelapan belas. Sebuah tempat dimana kita bisa berbaring bersama  dan menelanjangi bintang bintang. Dan sebuah tempat bagaimana udara begitu sejuk dan airnya begitu jernih. Apakah ditempat kalian berada sekarang, kalian dapat menjumpai tempat seperti itu?? Adapun kalian menjumpai tempat seperti itu, bahkan yang lebih indah, kalian tak akan mampu menumbuhkan suatu memori tentang tempat yang telah menumbuhkan rasa persahabatan, tanggung jawab, dan sebuah loyalitas maupun sebuah komitmen antara kita berdelapan belas. Entah, rasa terima kasih sebesar dan secantik apapun yang akan aku ucapkan, tak akan pernah bisa menggambarkan berbagai rasa yang pernah kalian cantumkan dalam setiap sudut kecil dalam hidupku.
Aku selalu ingat bagaimana dulu, setiap pulang sekolah di kantin nomor tiga dari surau sekolah, kita berkumpul, membicarakan setiap lika liku hidup yang kita alami beberapa hari yang lalu, bahkan beberapa jam yang telah terlewati.  Di setiap hal bodoh dan hal yang tak berguna yang kita bicarakan pada waktu itu, jelas jelas pada saat ini aku merindukan semua hal hal bodoh dan tak berguna tersebut. Bagaimana kita bercanda, bagaimana kita tertawa, bagaimana kita berulah, bagaimana kita bertengkar, bagaimana kita saling menyusahkan satu sama lain. Dan, bagaimana sekarang aku menginginkan saat saat seperti itu kembali di dalam kehidupanku yang sekarang. Memang mustahil, tapi bersama kalian, semua hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Bukankah kalian dulu suka merencanakan sesuatu? Entah itu sesuatu yang terlihat menyenangkan. Entah sesuatu yang sangat spektakuler jika kita berada di dalam dan memainkannya. Tetapi, tak semuanya dapat kita realisasikan bukan? Hampir separuhnya adalah harapan kosong. Tapi, cukup merencanakan sesuatu yang hebat, bersaa orag orang hebat seperti kalian adalah salah satu hal hebat yang pernah kalian mainkan dalam kehidupanku.
Masih ingatkah kalian “dihabisi” di antara perkebunan kopi selama tiga hari dua malam? Pada saat itu, aku yakin kalian semua ingin saat saat hina tersebut cepat berakhir. Aku yakin pada saat seperti itu kalian merindukan tempat tidur dengan selimut yang hangat dan ada segelas susu hangat di atas meja sebelah tempat tidur kalian. Tapi sekarang, saat kalian telah berada di atas tempat tidur beserta selimut kalian, apakah kalian tak ingin kembali ke masa masa tersebut? Sebuah masa orientasi yang sempurna. Sebuah masa dimana kita memang di bentuk menjadi solid, loyal, berkomitmen, tanggung jawab, dan rasa cinta kepada tanah air kita sendiri.
“Hidup tak selamanya seperti apa yang kita rencanakan kawan. Tak selamanya pula seperti apa yang kita harapkan. Jika kalian tak mempersiapkan rencana cadangan, di saat seperti itulah kalian akan terjatuh. Di saat seperti itulah kalian akan merasa takut. DAN! Di saat itulah kalian akan berusaha menjadi berani. Berani menghadapi rasa takut kalian. Ingatlah kawan, Tuhan akan selalu bersama orang orang yang pemberani...”
PARESMAPA XXI! BERJAYA DAN BERGAYA!!
Dedicated to : Bahrul Halimi, Aditya Christian Firmanto, Widyastika Anggi Riccasiwi, Fury Dian Primanita, Swastika Imas Kusrianto, Jamaludin Rohman, Rika Tantiana, Ficky Augusta Imawan, Septina Fajar Bilangga, Idi Hari Pribadi, Dariati, M. Jalaluddin Sofan Fitri, Bagas Abima Adi, Indah Sumarni, Tegar Putra Adi Nugraha, Dita Arisandi, dan Rini Riana.
PARESMAPA XXI ADVENTURE TEAM

Senin, 05 Desember 2011

Some Trips to One Destination (Catatan Perjalanan Manusia Nokturnal)

      Desember 2011. Mengawali bulan desember dengan melakukan perjalanan ke bagian selatan Jawa Tengah. Boyolali, Solo, dan menikung ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan persiapan mental, dan uang saku yang pas pasan, bersama Sang partner (Bayu)  melenggang dari Semarang pada pukul 15.30 Waktu Indonesia Bagian Ngaret.
         Sebuah lingkaran kecil yang kami sebut Tembalang, menginspirasi kami untuk memperlebar jari jari dari lingkaran tersebut. Tembalang, yang dulu katanya bukit nan sejuk, dimana ular ular masih sering ditemukan dalam setiap sudutnya, yang katanya dulu sangat hijau, tetapi sekarang disulap menjadi pemandangan yang mengerikan. Hanya sejuk di pagi hari. Siang sampai menjelang malam,tempat ini menjadi simulasi neraka kecil dengan bermacam orang dengan beragam dosa mereka. Tapi, Tuhan menciptakan sesuatu secara berpasang pasangan, ada yang baik, ada yang buruk. Ada hitam, ada putih. Tembalang, sehina hinanya tempat tersebut, selalu ada suatu sisi yang baik. Meskipun yang baik di sini, lebih sedikit dari yang kurang baik di tempat ini. Disinilah, saya menemukan teman teman yang hebat. Yang selalu menginspirasi saya lebih dari secangkir kopi. Dan mungkin, tak akan bisa saya temukan di tempat yang lain. Realitanya, Sehina hinanya di mana saya menulis artikel ini sekarang, saya tetap berterima kasih pada tempat yang mempertemukan saya dengan teman teman yang hebat seperti kalian semua.
      Jum'at, 2 Desember 2011.
     Kembali ke topik awal, dimana kami akan melakukan suatu perjalanan ke sisi selatan Jawa Tengah. Mendeskrips
ikan kota demi kota. Berharap menemukan tempat dimana semuanya terasa lebih baik. Tempat dimana lelah dan letih kami tebayar karena kedamaian tempat tersebut.
      Berawal dari kemacetan di daerah Ungaran. Semuanya terasa hina, tak ada bedanya dari tembalang. Semanya terasa pengap. Kriminalisasi kecil pengendara sepeda motor menghiasi pemandangan Jum'at sore di daerah tersebut. Berharap keluar dari kota ini, dan melaju menuju suasana pegunungan yang hijau
     Tiga puluh menit kemudian, Tuhan menjawab apa yang kami tunggu. Suasana kebun teh di daerah Banaran mengembalikan hawa siluman kami. Jalan meliuk liuk, udara nan segar berkolaborasi dengan mendung nan teduh, mengiringi kami sampai kota Salatiga. Kami banting kemudi ke kanan, menuju Boyolali melewati Jalan Lingkar kota Salatiga.
        Pukul 17.45, kami check in di Kota Boyolali. Bagiku, di sini bukanlah kota yang asing. Sering di setiap pagi pada bulan Ramadhan, aku selalu menghabiskan waktu di Hutan yang ada di tengah kota tersebut. Kedatangan kami disambut dengan hangatnya ayam bakar dan segelas teh manis untuk memulihkan tenaga selepas berkendara dari Semarang. Kami beristirahat sebentar untuk beribadah dan melepas penat.
       Malamnya, dengan berjalan kaki kami menuju jantung kota Boyolali. Sonok Kridangga, tempat dimana kaula muda Boyolali berkumpul untuk sekedar njagong, maupun untuk melakukan kegiatan yang lain.  Kami berjalan dari sudut ke sudut kota. Udara malam yang dingin, mengakhiri petualangan kami di kedai penjual Susu. Dua gelas susu mengantar kami ke pulau mimpi pada pukul 02.30 WIB. Orang yang tak bisa melampaui malam, tak akan pantas untuk menikmati indahnya pagi. 
         Sabtu, 3 Desember 2011.    
           Take off dari Boyolali pukul 11.00 waktu setempat. Melenggang bak sperma menuju Solo, The Spirit of Central Java. Essensi saat memasuki kota ini adalah kita dapat melihat berbagai budaya yang kental akan unsur kejawen maupun yang berbau keraton. Tetapi, saat hadir dikota ini, kami disuguhi ajang teknologi pada pameran komputer yang diadakan di Solo Diamond Convention Center. 
        Sekedar cuci mata akan meriahnya teknologi jaman sekarang, sembari menunggu hujan reda, kami beristirahat di sebuah surau yang tak jauh dari situ. Memulihkan tenaga untuk kembali melakukan tour de gau ala kadarnya menuju ke Daerah Ist

Rabu, 15 Juni 2011

My First Post

Alhamdulillah. Terima kasih buat Allah, Nabi Muhammad SAW, Ibu, Ibu, Ibu, dan Teman teman yang selalu memberikan jutaan inspirasi untuk selalu berkarya dan berbuat lebih baik disetiap hari harinya. Thanks to Google yang telah membantu saya dalam pembuatan blog saya yang pertama. Hari ini tepat tanggal 16 Juni 2011, untuk pertama kalinya saya mempostingkan sekapur sirih dari apa yang saya tulis nanti dalam blog ini. Menulis, essensi dalam menulis adalah melampiaskan sebuah emosi dalam bentuk tulisan pada selembar kertas. Tapi yang saya lakukan adalah mengetik, dimana dengan essensi yang sama, tetapi berbeda dalam pelampiasan medianya. Tak menjadi permasalahan antara menulis dan mengetik, yang penting apa yang kita tuliskan dan apa yang kita ketikkan, cukup untuk mewakilkan emosi yang kita pendam. Selamat menulis terus berkarya untuk bangsa. Love Indonesia! (MAAF AKHIR AKHIRNYA GAK NYAMBUNG). Hehe